Sekilas Tentang Pendiri Mindtalk, Danny Oei
“Saya hanya belajar branding dari internet,” kata Danny yang lulusan fine art dari Kendall College, Michigan. Ia mengatakan, jika ada buku yang mengubah hidupnya, maka buku tersebut berjudul “HTML 1.0 for Dummy” yang dibacanya lebih dari sepuluh tahun lalu. Kepada Inspirasi, Danny memaparkan apa yang coba diraihnya melalui Mindtalk.
1. Kita melihat betapa besarnya Facebook dan Twitter di Indonesia sementara Google+ sendiri tidak secemerlang yang diharapkan. Dengan kondisi ini, gagasan apa yang anda usung dengan mendirikan Mindtalk?
Mindtalk mengusung konsep interest graph. Kami memberikan medium dimana publik bisa bersosialisasi dan bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Tentunya setiap produk yang dibuat perlu memiliki diferensiasi yang kuat. Yang saya lakukan adalah saya ambil semua kelebihan-kelebihan dari social media yang ada dan saya tutupi kekurangan mereka dengan feature dari social media yang lain.
2. Apa saja yang menjadi kekuatan Mindtalk?
Saya terinspirasi membuat Mindtalk dari Blackberry group. Menciptakan percakapan di BB group sangat mudah, namun pesertanya hanya terbatas 30 orang saja. Sementara itu, untuk membuat mailing list juga sangat mudah, tapi kekurangannya, mailing list hanya bisa via email dan kesannya membosankan dan terbatas.
3. Kelihatannya, anda ingin menciptakan platform social media yang bisa dibuat dengan cepat ya?
Betul. Tapi selain itu, kami juga ingin menjadi versi terkini dari social mediatermasuk forum. Yang paling unggul dari forum adalah percakapannya searchabledan tidak akan hilang. Namun forum tidak bisa mention user seperti pada Twitter dan Facebook, jadi kita adopsilah feature ini untuk Mindtalk.
4. Jadi menurut anda masa depan social media akan dimenangkan oleh interest graph, dibandingkan social graph?
Social media akan kembali kepada interest graph, karena publik akan jenuh dengan “who I know” seperti pada Facebook dan Twitter. Saat ini sudah lahir Path, Pinterest, Google+ dan juga Mindtalk. Di Mindtalk, kami menyedikan medium bagi publik untuk membuat komunitas-komunitas sendiri berdasarkan interest mereka.
5. Sebenarnya model bisnis Mindtalk sendiri seperti apa? Apa ide anda untuk me-monetize Mindtalk?
Saat ini Mindtalk bahkan masih dalam beta version dengan user 120.000 orang. Dalam waktu dua tahun ke depan, kami menargetkan untuk mencapai 1 juta user. Namun, ketika ekosistemnya sudah berjalan, kita bisa menjual virtual item ataucorporate sponsorship. Bisa juga user kita encourage untuk membuat channel, dan jika channel-nya penuh pengunjung, kita bisa pasangkan micro-ads. Jika adstersebut diklik, user akan mendapatkan uang. Inilah ide yang saya adopsi dari blog.
6. Dalam waktu lima tahun ke depan, dimana anda membayangkan Mindtalk berada?
Kami baru meluncurkan versi beta-nya sejak September 2011 lalu, jadi memang belum ada peluncuran secara resmi. Saya pikir prospek Mindtalk akan sangat cerah karena sudah ada beberapa pihak yang bekerja sama dengan kami seperti dengan Nokia Lumia 610, Microsoft Windows 8 dan Google Chrome Apps.
7. Apakah sudah dipersiapkan langkah-langkah untuk membawa Mindtalk mendunia?
Tentu saja. Saat ini kami sedang memperkuat basis di Indonesia, tapi kalau sudah siap kami akan menggebrak Asia. Jadi nanti akan ada mindtalk.co.sg, mindtalk.co.th, mindtalk.co.vn, atau mindtalk.co.my.
8. Anda pasti mengamati bahwa social media selalu mengalami evolusi dalam perjalanannya. Namun, sebenarnya apa yang diharapkan orang-orang dari social media?
Saya rasa publik mengharapkan a good function. Umumnya mereka senang chatdengan banyak orang dan pada waktu yang bersamaan juga bisa membuat grup tersendiri. Grup ini bisa diakses melalui semua device. Mereka juga ingin bisa mem-filter content yang mereka terima, atau menjadi creator selain hanya sebagai penikmat content.
9. Anda juga dikenal sebagai seorang pakar branding, dan pernah menangani Kaskus. Kini anda fokus di Mindtalk. Bagaimana anda melihat sebuah ciri khas kreatif sebagai bagian dari identitas seseorang?
Saya pikir memang penting seseorang harus memiliki ciri khas kreatif, karena awalnya orang berfokus pada siapa yang mereka kenal. Keadaan saat ini berubah menjadi bagaimana orang lain mengenal apa kelebihan anda? Orang-orang perlu tahu dimana keunggulan anda dan harus ada ciri khas berupa kualitas dalam menyelesaikan pekerjaan. Ini berlaku dari satu hal ke hal yang lainnya.
10. Maksudnya?
Saya pikir kita harus bisa memilih ide mana yang perlu kita eksplorasi lebih jauh ditengah banyaknya ide yang kita miliki. Perhatikan juga anggota tim kita, karena semua orang bisa menjadi bagus ketika sekelilingnya bagus. Lalu buat saya sendiri, penting untuk mempertahankan rasa penasaran, semacam situasi dimana kita terus bertanya-tanya mengenai hal yang menarik perhatian kita.
11. Ketika kita merasa penasaran, maka kita akan lebih termotivasi untuk belajar?
Betul. Yang lucu, dulu saya hanya belajar secara online mengenai branding, tapi kemudian orang-orang mengenal saya sebagai pakar branding. Demikian juga halnya dengan programming, saya hanya belajar dari sebuah buku yaitu “HTML 1.0 for Dummy”. Saya berprinsip untuk tidak akan berhenti mempelajari sesuatu sampai saya menguasainya.
12. Anda juga pernah bekerja di Adobe System Inc. Bagaimana anda bisa keep-updan menyelesaikan pekerjaan dengan baik?
Saya rasa jika ada yang namanya anugerah, maka saya bersyukur bisa menjadi seseorang dengan keahlian untuk mempelajari sesuatu dengan mudah. Waktu itu (di Adobe) saya diberikan semua software, dan saya diharuskan mempelajarinya sendiri. Bagi saya asalkan kita bisa membaca, dan lalu memahaminya, semua akan menjadi sederhana, dan kita akan bisa menguasai banyak bidang sekaligus.
13. Apa anda melihat diri anda seseorang yang multitasking?
Mungkin itu kesan dari orang lain yang melihat saya. Tapi, buat saya kuncinya hanya fokus sampai kita menguasai satu bidang. Ada waktu dan proses yang harus dipenuhi untuk bisa mempelajari sesuatu sampai maksimal. Ketika sedang tertarikbranding, saya akan fokus pada branding, pikiran dan ocehan saya akan selalu tentang branding. Jadi saya tidak melakukan semuanya sekaligus dalam satu waktu. Sambil terus memelihara rasa penasaran.
14. Jadi bukan ide yang buruk untuk tetap memelihara rasa penasaran?
Curious saja tidak cukup, tetapi harus ada hardwork tentunya. Banyak cara bisa dilakukan misalnya dengan membaca buku. Tapi memiliki rasa penasaran itu adalah persoalan individual. Mungkin perlu dicari alasan luhur agar kita termotivasi melakukan sesuatu, misalnya untuk meninggalkan legacy. Jadi kita memiliki visi khusus.
15. Tapi anda sendiri memiliki gelar di bidang Fine Art. Bagaimana ilmu yang anda pelajari secara formal ini memberi perbedaan dalam kualitas pekerjaan anda?
Yang pertama, saya menjadi sangat memperhatikan detail. Saya memahami bagaimana cara menyampaikan pesan di dalam suatu medium yang tidak bisa bicara, tidak ada tulisan, hanya gambar dan ini harus menjual. Ketika kuliah saya dididik untuk menemukan spirit renaissance atau menjadi traditional artist. Saya belajar melukis, memahat, seni komposisi, pewarnaan, mematung, fotografi, dan semua cabang seni rupa. Saya tahu cara melukis, saya tahu bagaimana bedanya melukis dengan cat minyak, atau bahkan dengan menggunakan teknik airbrush. Dan yang tak kalah penting, saya punya taste.
16. Apa peran taste ini dalam pekerjaan anda?
Sangat penting. Apa kamu mau memakai outfit yang tidak mewakili kepribadianmu? Apa kamu mau berada di sebuah tempat yang tidak mewakili dirimu?
17. Hmmm…
Tepat. Seni adalah apa yang membedakan saya. Orang Indonesia bisa membuat apa saja, tapi apakah itu memiliki citarasa yang bagus? Kuliah seni membuat saya menumbuhkan rasa penasaran secara naluriah karena saya selalu melakukan eksplorasi. Banyak orang di dunia digital yang berlatar belakang formal di bidang komputer, sementara saya dari seni, jadi apapun yang saya sentuh harus lebih pretty.
18. Sebenarnya kapan pertama kalinya anda merasa tertarik dengan teknologi digital ini?
Sekitar tahun 1994-1995. Saat itu saya masih kuliah dan pertama kalinya saya ditugaskan untuk melukis dengan menggunakan komputer. Saya terkagum-kagum karena menggambar menjadi sangat mudah, dan bisa terus di-undo. Ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di kehidupan nyata.